-->

Panduan Lengkap Budidaya Jahe


budidaya jahe



Budidaya Jahe. Jahe atau dalam bahasa latin disebut (Zingiber officinale Rosc) merupakan salah satu tanaman yang cocok untuk dibudidayakan karena mempunyai nilai ekonomi tinggi. Alasannya adalah jumlah permintaan pasar di dalam negeri untuk keperluan industri masih belum terpenuhi. Sehingga pabrik-pabrik industri yang menggunakan jahe sebagai bahan baku produksi masih mendatangkan jahe dari luar negeri seperti China. Ini merupakan sebuah peluang bagi kita para petani untuk membudidayakan jahe guna memenuhi permintaan pasar yang tinggi.

Melihat keuntungan usaha budidaya jahe yang tinggi dan prospek pasar yang baik jahe sangat layak untuk dibudidayakan secara inensif. Oleh karena itu agar budidaya jahe berhasil dengan baik diperlukan bahan tanaman dengan jaminan produksi dan mutu yang baik serta stabil dengan cara menanam jahe sesuai anjuran.

Pada artikel ini kami akan menjelaskan cara budidaya jahe yang baik agar menghasilkan produk tanaman jahe yang berkualitas.

 JENIS-JENIS JAHE 
Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya, terdapat 3 macam jenis jahe diantaranya Jahe gajah, Jahe putih/Jahe emprit dan Jahe merah. Berikut penjelasannya:

1. Jahe Gajah (Zingiber officinale var)
Disebut juga jahe kuning besar, jahe putih, jahe badak.
Ciri-ciri:
    jahe gajah
  • Batang berbentuk bulat, berwarna hijau muda, diselubungi pelepah daun.
  • Tinggi mencapai 55.88-88,38 cm.
  • Daun tersusun secara berselang seling dan teratur
  • Permukaan daun bagian atas berwarna hijau muda
  • Lebar daun sekitar 24-27 cm2
  • Jumlah daun dalam satu tanaman mencapai 25-31 lembar
  • Ukuran rimpang lebih besar dan gemuk
  • Akar memiliki serat yang lembut
  • Umur panen sekitar 8-9 bulan
  • Kadar minyak astiri 0,8-2,8%.
2. Jahe Putih (Zingiber officinale var. rubrum)
Jahe ini juga dikenal dengan sebutan Jahe kuning, jahe kecil, jahe sunti dan jahe emprit.
Ciri-ciri:
    jahe putih
  • Struktur rimpang kecil-kecil dan berlapis. - Warna daging rimpang putih kekuningan.
  • Tinggi rimpang mencapai 11 cm
  • Bentuk batang bulat dan warna hijau muda hampir sama dengan jahe besar namun lebih ramping.
  • Daun berselang seling teratur
  • Warna hijau daun muda berbentuk lancet
  • Jumlah daun dalam satu tanaman mencapai 20-30 helai
  • Kadar minyak astiri 1,5-3,5%
3. Jahe Merah (Zingiber officinale var. amarum)
Ciri-ciri: 
    jahe merah
  • Struktur rimpang kecil berlapis-lapis
  • Daging rimpang berwarna merah jingga sampai merah.
  • Ukurannya lebih kecil dari jahe putih
  • Akar rimpang berbentuk bulat
  • Susunan daun berselang seling teratur, berbentuk lancet dan berwarna hijau muda
  • Kadar minyak astiri 2,8-3,9%.
Untuk budidaya jahe hendaknya memilih bibit dari varietas unggul yang mempunyai potensi produksi tinggi.

CARA MENANAM JAHE

 PEMBIBITAN 
Pemilihan benih
Pembuatan bibit jahe dapat menggunakan stek rimpang. Perlu diadakan penyeleksian agar mendapatkan benih yang baik. Syarat benih yang akan digunakan hendaknya jelas asal-usulnya, berasal dari tanaman sehat, tidak terserang penyakit dan tidak tercampur dengan varietas lain.

Rimpang yang akan digunakan untuk bibit harus sudah tua minimal berumur 10 bulan. Ciri-ciri rimpang tua yaitu : Kandungan serat tinggi dan kasar, kulit licin dan keras tidak mudah mengelupas dan warna kulit mengkilat. Sebaiknya memilih rimpang yang sudah mempunyai 3 mata tunas.

Banyaknya kebutuhan benih jahe dalam satu hektar tergantung dari jenis jahenya. Untuk jahe gajah membutuhkan sekitar 2-3 ton sedangkan untuk jahe kecil dan jahe merah membutuhkan benih sekitar 1-1,5 ton.

Penyemaian
Sebelum ditanam perlu dilakukan penyemaian terlebih dahulu untuk ditunaskan. Untuk media penyemaian sangat mudah, cukup menghamparkan rimpang di atas jerami/alang-alang tipis di tempat yang teduh atau di dalam gudang penyimpanan dan tidak ditumpuk. Sedangkan alasnya dapat menggunakan wadah atau rak-rak yang terbuat dari bambu atau kayu. Lakukan penyiraman selama masa penyemaian setiap hari untuk menjaga kelembaban rimpang.

Benih siap tanam apabila sudah bertunas dengan tinggi sekitar 1-2cm. Sebelum ditanam rimpang diseleksi dan dipotong sesuai ukuran kemudian direndam dalam larutan antibiotik sesuai dosis dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.

 PERSIAPAN LAHAN 
Lahan yang dijadikan tempat budidaya jahe hendaknya diolah dahulu agar tanah menjadi gembur, subur, berhumus, drainase/aerasi baik serta bebas dari gulma.

Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara dicangkul atau dibajak sedalam 30 cm, dibersihkan dari ranting-ranting dan sisa-sisa tanaman. setelah itu buat bedengan dengan ukuran 60-120cm, tinggi 25-30cm dan panjang disesuaikan dengan lahan. Jarak antar bedengan sekitar 30 cm. Untuk lubang tanam sedalam 5-7cm.

 PENANAMAN 
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman jahe adalah ketersediaan air. Pada masa penanaman, jahe membutuhkan banyak air. Oleh karenanya waktu yang tepat untuk menanam adalah di awal musim penghujan, atau jika curah hujan tinggi maka penanaman dapat dilakukan sepanjang tahun.

Cara menanam jahe adalah dengan memasukkan bibit jahe ke dalam lubang tanam yang telah dibuat tadi. Usahakan menghadap ke atas, jangan sampai terbalik karena dapat menghambat pertumbuhan.

Adapun jarak tanam juga tergantung dari jenis jahe dan waktu panennya. Untuk jahe gajah jarak tanamnya 80x40cm bila dipanen tua, dan 60x40cm bila dipanen muda. Sedangkan jarak tanam untuk jahe putih dan jahe merah adalah 60x40cm.

Setelah penanaman, tutup jahe dengan mulsa, dapat menggunakan jerami atau alang-alang untuk melindungi tunas baru yang muncul ke permukaan tanah.

 PEMUPUKAN  
Untuk menajaga kesuburan tanah dan kestabilan unsur hara yang dibutuhkan tanaman perlu dilakukan pemupukan. Pemupukan memegang peranan penting untuk meningkatkan hasil rimpang, yaitu pupuk organik untuk memperbaiki tekstur dan aerasi tanah dan pupuk anorganik seperti pupk NPK.

Dosis Pemupukan berdasarkan jenis jahe:
Jahe putih: Berikan pupuk kandang 2-4 minggu sebelum tanam dengan dosis 20-40 ton/ha. Pemupukan  susulan pertama berikan pupuk SP36 dan KCL dengan dosis 300-400kg/ha pada saat tanam. Pemupukan selanjutnya dengan pupuk Urea diberikan masing-masing 1/3 bagian pada umur 1,2,3 bulan setelah tanam dengan dosis 400-600 kg/ha.

Jahe kecil dan Jahe Merah:
Pemupukan pertama pada 2-4 minggu sebelum tanam menggunakan pupuk kandang dengan dosis 20-30 ton/ha. Pada saat tanam berikan SP36 dan KCL dengan dosis 200-300 kg/ha dan pemupukan selanjutnya berikan sepertiga bagian dari 400-600 kg/ha pada umur 1,2,3 bulan setelah tanam. 

 PENYULAMAN 
Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak baik. Oleh karenanya pada saat pembibitan usahakan membuat bibit lebih untuk cadangan. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1-1,5 bulan.

 PENYIANGAN 
Tujuan penyiangan adalah untuk membersihkan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman. Biasanya akan banyak tumbuh gulma pada saat jahe sudah berumur 6-7 bulan. Apabila gulma dibiarkan tentu akan menurunkan produktifitas tanaman.

Lakukan penyiangan pertama pada saat tanaman berumur 2-4 minggu, dan dilanjutkan dengan penyiangan berikutnya pada saat tanaman berumur 4-6 minggu atau disesuaikan dengan banyaknya gulma yang tumbuh.

Harap hati-hati ketika melakukan penyiangan saat umur tanaman sudah mencapai 4 bulan. Usahakan jangan sampai melukai rimpang yang dapat mengakibatkan masuknya bibit penyakit.

 PEMBUMBUNAN 
Tujuan pembumbunan adalah untuk menggemburkan tanah sekaligus untuk menutup rimpang yang muncul ke permukaan tanah. Pembumbunan dapat dilakukan dengan cara menimbun pangkal batang dengan tanah dengan tebal kira-kira 5cm dan dilakukan pada wktu sudah terbentuk rimpang dengan 4-5 anakan.

 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT 
Berikut ini adalah beberapa macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman jahe dan cara pengendaliannya:

1. Hama
Adapun hama yang sering menyerang tanaman jahe adalah:
a. Lalat rimpang
Ciri-ciri:
  • Tubuhnya ramping, kaki panjang dan sayap berbelang hitam.
  • Lalat jantan dan betina dapat jelas dibedakan pada ovipositor serta sayapnya. Sayap lalat betina agak kurus dan lebih panjang. Sedangkan lalat jantan agak melengkung pada bagian atasnya.
  • Panjang tubuh lalat betina sekitar 13,96 mm dengan rentang sayap 19,56 mm sedangkan tubuh lalat jantan 13,71 mm dengan rentang sayap 19,36 mm.
  • stadium imago berlangsung selama 4-6 hari.
Gejala serangan:
Stadium larva yang menyerang rimpang jahe adalah stadium lalat (larva). Diantara gejala serangan lalat ini adalah:
  • Lalat memakan seluruh bagian rimpang, kecuali kulitnya. Rimpang yang terlihat utuh, apabila dibuka, bagian dalamnya lapuk seperti gumpalan tanah.
  • Serangan berat biasanya terjadi pada saat tanaman jahe berumur 5 bulan, yang mengakibatkan rimpang rusak, tanaman layu dan kering.
Pengendalian:
  • Menggunakan bibit jahe yang sehat atau bebas dari lalat rimpang
  • Menjaga kebersihan (sanitasi) kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman.
  • Melakukan penyemprotan insektisida Furadan 3 G pada saat tanam, atau insektisida mangkus seperti Decis 2,5 EC atau Curacron 500 EC.

b. Lalat Rimpang Eumerus figurans Walker.
Stadium hama yang menyerang tanaman jahe adalah stadium larva (belatung).
Ciri-ciri:
  • Lalat berwarna hitam mengkilat dengan garis putih melintang pada abnomen dan memanjang pada toraknya.
  • Panjang tubuh lalat betina 8,73 mm sedangkan lalat jantan 8,80 mm
  • Stadium lalat berlangsung selama 5-7 hari. Lalat jantan selalu gelisah, menggerak-gerakkan sayap, dan lebih sering terbang dibandingkan lalat betina.
  • Panjang tubuh larva atau belatun 11,41 mm dengan lebar 3,19 mm.
  • Pupa berbentuk bulat lonjong, dengan panjang 8,53 mm dan lebar 3,03 mm. Berwarna putih kusam dan krem. Mempunyai 2 tonjolan berwarna coklat pada toraknya. Stadium pupa berlangsung selama 12-15 hari.
Gejala serangan:
  • Larva memakan bagian yang lunak dari rimpang. Meskipun rimpang terlihat utuh, tapi bila dibelah akan tampak keropos dan kering.
  • Serangan berat dapat menyebabkan tanaman layu dan rimpang busuk atau keropos. Serangan hama ini terjadi sejak di lapangan (kebun) sampai ke tempat penyimpanan.
Pengendalian:
  • Merendam bibit siap tanam ke dalam larutan insektisida
  • Melakukan pergiliran tanaman
  • Menjaga sanitasi kebun
  • Menyemprotkan insektisida yang mangkus, sama dengan yang digunakan untuk memberantas lalat Mimegrala coeruleifrons.
c. Lalat Lamprolonchaea sp.
Stadium hama yang menyerang adalah stadium larva.
Ciri-Ciri:
  • Lalat berwarna hitam, berukuran kecil, bertubuh agak tegak, dan berabnomen melengkung.
  • Panjang tubuh lalat betina 3,96 mm dengan rentang sayap 9,31 mm.
  • Stadium lalat 4-7 hari dan dapat diperpanjang menjadi 7-10 hari.
Gejala Serangan:
  • Rimpang yang terserang menjadi busuk, karena bekas gerekan larva sering diikuti oleh serangan bakteri.
  • Pada umumnya serangan larva terjadi pada rimpang di gudang penyimpanan.
Pengendalian:
  • Menggunakan bibit jahe yang bebas dari lalat rimpang
  • Menajaga sanitasi kebun
  • Merendam bibit siap tanam dalam larutan insektisida
  • Menyemprotkan insektisida yang mangkus
  • Menerapkan teknik penanganan pascapanen yang baik dan benar.
d. Hama lain
Beberapa jenis hama lain adalah kepik pemangsa daun, uret tanah dan penggerek akar.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan insektisida yang mangkus. Pengendalian hama kepik dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida yang dianjurkan seperti Curacron 500 EC. Untuk pengendalian uret tanah dilakukan dengan menggunakan insektisida Furadan 3 G yang ditaburkan di sekeliling bibit jahe, pada saat tanam.

2. Penyakit
a. Penyakit layu bakteri
Gejala: pada helaian daun bagian bawah awalnya melipat dan menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menajdi kuning dan mengering. Pada tingkat selanjutnya tunas batang menjadi busuk dan akhirnya mati.
Pengendalian:
  • Menanam bibit jahe yang sehat
  • Karantina tanaman jahe yang terkena penyakit
  • Pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%)
b. Penyakit busuk rimpang
Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui luka. Cendawan ini akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat celcius dan terus berkembang akhirnya rimpang menjadi busuk.
Gejala: Daun bagian bawah berubah menjadi kuning layu dan akhirnya tanaman mati.
Pengendalian:
  • Menggunakan bibit sehat
  • Penerapan pola tanam yang baik
  • Penggunaan fungisida
c. Penyakit bercak daun
Gejala: terdapat bercak-bercak pada daun dan ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan pingirnya busuk basah. Lama kelamaan tanaman akan mati.
Pengendalian:
Baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas.

 PEMANENAN  
Pemanenan tanaman jahe tergantung dari produk akhir yang diinginkan apakah akan digunakan sebagai konsumsi jahe segar atau digunakan sebagai bibit.
Untuk konsumsi jahe segar sebagai bumbu atau produk lainnya pemanenan dapat dilakukan pada umur 8 bulan sedangkan jika digunakan untuk bibit dapat dipanen pada umur 10 bulan atau lebih. Sementara untuk keperluan asinan jahe, jahe awet dipanen muda berumur 3-4 bulan.

Adapun cara panen budidaya jahe dapat dilakukan dengan cara membongkar seluruh tanaman menggunakan cangkul atau garpu. Usahakan jangan sampai melukai rimpang agar mutu jahe dapat terjamin. Setelah diambil dari tanah segera dibersihkan karena tanah yang menempel pada rimpang setelah kering akan sulit dibersihkan.

Sumber Referensi:
Ir. H. Rahmat Rukmana. Usaha Tani Jahe. Kanisius.
http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian
Dr. Muhrizal Sarwani.2008.Teknologi Budidaya jahe.Balitbang. 
LihatTutupKomentar