-->

Panduan Lengkap Budidaya Jagung Unggul

Budidaya jagung merupakan salah satu sentra agribisnis yang banyak diminati oleh para petani Indonesia. Jagung merupakan tanaman serelia yang dapat tumbuh hampir di seluruh dunia. Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung telah menjadi komoditas utama setelah beras. Bahkan di beberapa wilayah di Indonesia jagung dijadikan makanan pokok.

Salah satu alasan para petani untuk budidaya jagung adalah karena kemudahannya dalam budidaya. Tanaman jagung merupakan tanaman yang tidak membutuhkan perawatan intensif (tidak manja) dan dapat ditanam di hampir semua jenis tanah.

Jagung merupakan tanaman yang sangat bermanfaat. Hampir semuah bagian tanaman jagung memiliki nilai ekonomis. Secara umum, beberapa manfaat bagian-bagian tanaman jagung diantaranya:
  • Batang dan daun muda untuk pakan ternak
  • Batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau atau kompos.
  • Batan dan daun kering untuk kayu bakar
  • Batang jagung bisa juga dimanfaatkan untuk lanjaran (tulus)
  • Batang jagung untuk pulp (bahan kertas)
  • Buah jagun muda untuk sayuran, perkedel, bakwan, sambal goreng dan berbagai macam resep makanan lainnya.
Selain itu jagung juga kaya akan kandungan nutrisi yang bermanfaat untuk kesehatan. Untuk lebih jelasnya silahkan baca :

Kandungan nutrisi dan manfaat jagung untuk kesehatan
Jenis-Jenis Jagung

Terdapat banyak jenis jagung yang beredar di Indonesia. Berdasarkan bentuk dan kandungan pati dalam biji (endosperma), jenis jagung dapat digolongkan menjadi 7 macam diantaranya:

1. Jagung gigi kuda (Zea mays indentata)
Disebut jagung gigi kuda (dent cor) karena terdapat lekukan di puncak biji. Lekukan tersebut terjadi karena pati keras terdapat di pinggir dan pati lembek di puncak biji. Jagung gigi kuda umumnya berwarna kuning. Hampir 95% jagung yang diimpor merupakan jagung gigi kuda dan varietas baru juga umumnya tipe jagung gigi kuda.

2. Jagung Mutiara (Zea Mays indurata)

Jagung mutiara (flint corn) berbentuk bulat dan umumnya berwarna putih. Bagian luar biji keras dan licin karena terdiri dari pati keras. Jagung jenis lokal Indonesia umumnya tipe jagung mutiara. Jagung tipe ini biasanya berumur genjah sehingga hasilnya relatif rendah.

3. Jagung Manis (Zea mays saccharata)
Jagung manis atau disebut juga sweet corn mengandung lebih banyak gula daripada pati sehingga bila kering, bijinya keriput. Jagung manis pada mulanya berkembang dari jagung gigi kuda dan jagung mutiara yang mengalami pemuliaan tanaman sehingga diperoleh jagung manis.

4. Jagung Berondong (Zea mays everta)
Jagung berondong atau pop corn adalah jagung tipe mutiara, tetapi bagian bijinya terdiri atas pati keras. Pada saat biji dipanaskan, uap air yang terdapat dalam biji akan mengembang dan menerobos ke luar dan meletuskan biji. Kadar air optimum untuk proses peletusan sekitar 14%.

5. Jagung Tepung (Zea mays amylaceae)
Ciri khas Jagung tepung  yaitu bagian biji terdiri dari pati lunak. Susunan pati lunak pada tipe jagung ini sangat mudah dicerna sehingga banyak digunakan sebagai makanan bayi. Jagung tepung banyak dikembang di daerah Amerika Serikat dan beberapa negara di Amerika Selatan.

6. Jagung Polong (Zea Mays tunicata)
Jagung polong (pod corn) merupakan jenis jagung yang langka dan aneh. Masing-masing biji dibngkus oleh kelobot. Sementara seluruh tongkol juga terbungkus oleh kelobot seperti halnya jagung biasa.

7. Jagung Ketan
Jagung ketan (waxy corn) memiliki kandungan amilopektin lebih besar dari amilosa dalam endospermanya. Amilopektin merupakan gugus gula yang bercabang dan bila dicampur dengan iodium, akan menghasilkan warna merah. Kandungan amilopektin yang tinggi menyebabkan rasa pulen pada jagung ketan.

Jagung Hibrida (Jagung Unggul)
Saat ini budidaya jagung hibrida sudah sangat populer di kalangan petani. Meskipun harga benihnya terbilang mahal tapi sebanding dengan hasil panen yang dicapai. Dan semenjak jagung hibrida dikembangkan, rendahnya produktifitas jagung dapat diatasi. Namun jenis jagung ini hanya bisa ditanam maksimal dua kali turunan. Beberapa jenis jagung hibrida yang beredar di daerah penulis saat ini diantaranya DK999/95/979, Pacific 339/105/224, Pioner P27/P31, Bisi 222/18 dan lain-lain. Potensi hasil dengan menanam jagung hibrida dapat mencapai 6-8 ton per hektar. 

budidaya jagung

PERSIAPAN BUDIDAYA JAGUNG

Syarat Tumbuh

Terdapat beberapa faktor guna memenuhi syarat tumbuh jagung agar dalam budidaya jagung bisa optimal diantara jenis tanah, air, dan iklim. Oleh karena itu agar tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan tongkol dan biji yang banyak, diperlukan tempat penanaman dan iklim sesuai syarat tumbuh jagung.

1. Jenis Tanah
Jagung termasuk tanaman yang bisa tumbuh pada banyak jenis tanah dan tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus dalam budidayanya. Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering, sawah dan pasang surut, asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi. Secara umum ada beberapa persyaratan kondisi yang dikehendaki tanaman jagung antara lain sebagai berikut:
  • Jenis tanah yang baik untuk budidaya jagung antara lain tanah Andosol (berasal dari gunung berapi), Latosol, dan Grumosol. Pada tanah jenis Grumosol karena bertesktur berat maka harus dilakukan pengolahan tanah agar jagung dapat tumbuh optimal. Tanaman jagung akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, gembur, dan kaya humus.
  • Unsur hara atau keasaman tanah juga merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya jagung. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung antara 5,6 - 7,5.
  • Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air yang baik.
  • Kemiringan tanah yang baik untuk budidaya jagung maksimum 8%. Hal ini dikarenakan kemungkinan terjadi erosi tanah sangat kecil.
2. Iklim
Iklim tropis seperti di Indonesia merupakan iklim yang cocok untuk budidaya jagung. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang ketat. Daerah yang dikehendaki sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah yang beriklim sedah hingga daerah yang beriklim subtropis/tropis basah.

Dalam budidaya jagung `hendaknya juga mendapatkan sinar matahari yang cukup baik. Karena pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Intensitas sinar matahari sangat penting terutama pada masa pertumbuhan. Dengan demikian hasil yang diperoleh akan maksimal.

3. Ketersediaan Air
Jagung merupakan tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak, terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga dan saat pengisian biji. Kekurangan pada stadium tersebut akan menyebabkan hasil yang menurun. 

PANDUAN CARA MENANAM JAGUNG

1. Persiapan Benih

Agar budidaya jagung dapat mencapai hasil yang maksimal maka sangat dibutuhkan benih yang baik. Mutu benih dapat dilihat dari pneampakannya seperti kebernasan benih, warna benih, campuran fisik benih dan perkecambahan benih. Secara umum mutu benih jagung yang baik dapat dicirikan sebagai berikut:
  • daya tumbuh besar, lebih dari 90%
  • tidak tercampur dengan benih/varietas lain
  • Tidak mengandung kotoran
  • Tidak tercemar hama penyakit
  • Sehat dan bernas
  • Tidak keriput, tetapi mengkilap.
Benih dengan ciri-ciri di atas dapat diperoleh dari benih bersertifikat yang sudah diketahui identitas, varietas, dimana benih ini diproduksi dengan sistem pengawasan, dan memenuhi standar sertifikasi benih lapangan maupun laboratorium.

Untuk mendapatkan benih dapat membeli di pasaran atau memproduksi sendiri. Bila membeli benih di pasaran hendaknya memperhatikan kemasannya. Benih yang dibeli sebaiknya dilengkapi dengan label benih bersertifikat agar mutu benih terjamin.

Sedangkan benih yang diperoleh dari memproduksi sendiri hendaknya diambil dari tanaman jagung dengan pertumbuhan sehat. Jenis jagung untuk bibit ini bukan jenis hibrida karena benih jagung hibrida hanya bisa ditanam dua kali turunan saja. Ciri-ciri jagung yang baik untuk benih diantaranya tongkol besar, barisan biji lurus dan penuh, tertutup rapat oleh klobot, serta tidak terserang hama dan penyakit. Tongkol dipetik pada saat melewati fase matang fisiologi dengan ciri biji keras dan terbentuk lapisan hitam pada dasar biji serta sebagian besar daun telah menguning.

Setelah memperoleh benih yang baik, sebelum ditanam sebaiknya diadakan perlakuan benih dengan cara mencampur benih dengan pestisida seperti Benlate, Regent Red, Gaucho, Ridomil, agar terbebas dari jamur dan serangan hama.

2. Persiapan Lahan

Pada umumnya budidaya jagung di Indonesia dilakukan di daerah tegalan atau lahan sawah. Teknik dan cara menanam jagung sangat mempengaruhi hasil panen yang diperoleh. Agar hasil panen maksimal diperlukan pengolahan lahan yang baik.

Persiapan lahan dilakukan dengan pengolahan tanah dengan cara dibajak atau dicangkul. Tanah dibalikkan dan bongkah tanah dipecahkan agar diperoleh tanah yang gembur. Dengan demikian, aerasi dalam tanah akan berlangsung dengan lancar. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak.

Setelah tanah diolah, dibuat saluran drainase. Pembuatan saluran dengan jarak 3 meter sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran sekitar 25-30 cm dengan kedalaman 30 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya kurang baik.

Pada lahan dengan pH kurang dari 5, tanah sebaiknya dilakukan pengapuran. Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton per hektar. Untuk lahan yang sering ditanami, sebaiknya pengapuran dilakukan setiap 2-3 tahun sekali. Pemberian kapur dilakukan dengan cara disebar secara merata pada saat pengolahan tanah, yaitu sekitar 1 bulan sebelum tanam. Kapur yang disarankan adalah kapur pertanian (CaCO3) atau dolomit yang mengandung Ca dan Mg.

3. Penanaman

Setelah lahan diolah dan dilakukan pengapuran, tahap selanjutnya adalah penanaman. Penanaman dapat dilakukan dengan cara ditugal. Jarak tanam jagung dapat disesuaikan dengan umur panen. Semakin panjang umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas. Jarak tanam ideal yaitu 75 cm x 20 cm (1 tanaman / lubang) dengan kedalaman lubang sekitar 3-5 cm.

Penanaman sebaiknya dilakukan pada saat tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang air. Bila kering, tanah perlu diairi terlebih dahulu, kecuali bila diduga akan terjadi hujan 1-2 hari lagi.

4. Pemeliharaan

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan tanaman jagung diantaranya penjarangan, penyiangan, pembumbunan, pemupukan dan pengairan.

a. Penjarangan
Banyaknya tanaman jagung yang ditanam umumnya lebih dari jumlah tanaman yang ingin dibiarkan hidup. Untuk itu, agar julah tanaman per lubang yang dikehendaki sesuai sebaiknya dilakukan penjarangan. Bila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki 1 atau 2 maka tanaman tersebut harus dikurangi.

Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam. tanaman yang diambil adalah yang mempunyai pertumbuhan kurang baik. Penjarangan dapat dilakukan dengan cara memotong batang dengan pisau, tetapi harus hati-hati agar tanaman yang akan dibiarkan hidup tidak rusak. Tidak diperkenankan mencabut tanaman secara langsung karena akan melukai akar tanaman lain yang dibiarkan hidup.

b. Penyiangan
Penyiangan pada budidaya jagung bertujuan untuk membersihkan lahan dari gulma. Penyiangan dapat dilakukan dengan tangan, cangkul atau sabit.

Penyiangan dapat juga dilakukan dengan cara menyemprotkan herbisida. Saat ini sudah tersedia herbisida purna tumbuh untuk mengatasi gulma jagung seperti Calaris, Convey, dll dimana herbisida ini dapat mematikan rumput tanpa mempengaruhi pertumbuhan jagung.
c. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan guna untuk menggemburkan tanah disekitar jagung juga untuk memperkokoh posisi batang sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu, pembumbunan juga bertujuan untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi.

Waktu pembumbunan dapat dilakukan pada saat penyiangan kedua setelah tanaman berumur 4 minggu atau bersamaan dengan penyiangan. Adapun cara pembumbunan yaitu tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman sehingga membentuk guludan.
d. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk menambah unsur hara yang ada di dalam tanah. Dosis pemupukan yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan varietas jagung yang ditanam. Dosis anjuran pemupukan rata-rata per hektar yaitu 200-300 kg Urea, 100-200 kg SP-36, dan 50-100 kg KCL. Untuk varietas hibrida dosis yang dianjurkan yaitu 300 kg urea, 200 kg SP-36 dan 100 kg KCL. Pemupukan dilakukan secara bertahap dengan ukuran sebagai berikut:

a. Pemupukan dasar
  • Waktu : Saat Tanam
  • Dosis : 1/3 bagian pupuk urea dan semua dosis pupuk SP-36 dan KCL berdasarkan dosis anjuran diatas.
  • Cara : pupuk ditebar di dalam alur yang dibuat 7,5-10 cm dari barisan tanaman dengan kedalaman 10 cm. Pupuk ditebar merata dalam alur dan segera ditutup.
b. Pemupukan Susulan pertama
  • Waktu : Saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam bersamaan dengan pembumbunan.
  • Dosis : 2/3 bagian pupuk urea berdasarkan dosis anjuran diatas
  • Cara : Pupuk ditebar secara alur di samping barisan tanaman dengan jarak 15 cm dari tanaman sebelum pembumbunan. Setelah pupuk disebar segera dilakukan pembumbubunan sehingga pupuk tertutup.
e. Pengairan
Pengairan dilakukan hanyak bila tidak turun hujan selama 3 hari berturut-turut. Pedoman perlu tidaknya pengairan dengan cara melihat keadaan tanah dan tanaman. Namun, menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih banyak sehingga perlu diairi pada parit diantara pembumbunan tanaman jagung.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit merupakan kendala dalam budidaya jagung. Oleh karenanya pengendalian hama dan penyakit jagung sangat diperlukan agar mendapat hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa macam hama dan penyakit jagung beserta cara pengendaliannya.

Hama

a. Lalat Bibit (Atherigona exigua stein; A. oryzae; A. oreantalis)
Ciri-ciri dari lalat bibit ini adalah memiliki tubuh berwarna abu-abu, punggng berwarna kuning kehijauan dan bergaris, dan perut berwarna cokelat kekuningan. Adapun telur berwarna mutiara. panjang lalat yaitu 3-3.5mm.

Gejala:
  • Daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan
  • Di sekitar bekas gigitan atau bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu
  • Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan bahkan mati.
Pengendalian:
  • Penanaman serentak dengan selisih waktu 10 hari
  • Penerapan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang
  • Pencabutan dan permusuhan tanaman yang terserang lalat bibit agar hama tidak menyebar
  • Menjaga kebersihan di sekitar areal budidaya jagung
  • Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan insektisida seperti Marshal 25 St. Penggunaan dosis sesuai aturan pakai.
b. Lundi/uret
Lundi merupakan larva dari kumbang Holotorchichia helleri brsk. Bentuk lundi seperti ulat yang berwarna putih, tetapi hidup di dalam tanah.

Gejala:
Tanaman layu karena akarnya rusak.

Pengendalian:
  • Penerapan pergiliran tanaman
  • Pengolahan tanah untuk mematikan larva
  • Pengaturan waktu tanam dengan cara menanam sebelum musim hujan
  • Pengendalian secara kimiawi dengan insektisida pada saat tanam
c. Ulat Pemotong Agrotis sp
Gejala:
tanaman jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm di atas permukaan tanah yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batangnya. Akibatnya, tanaman jagung yang masih muda menjadi roboh.

Pengendalian:
  • Penanaman secara serentak pada aeral yang luas
  • Penerapan pergiliran tanaman
  • Ulat yang biasanya terdapat di dalam tanah dicari dan dibunuh
  • Sebelum ditanami jagung, lahan disemprot dengan insektisida
d. Penggerek Tongkol Heliotis armigera Hbn.
Gejala:
  • Menyerang tongkol dan pucuk tanaman dan akhirnya tanaman mati
  • Bunga jantan (malai) diserang sehingga tidak akan berkembang menjadi malai.
Pengendalian:
  • Penerapan pergiliran tanaman
  • Penanaman serentak
  • Pemusnahan ulat
  • Penyemprotan insektisida cair atau pemberian insektisida butiran pada pucuk tanaman saat tanaman berumur 4 minggu.

Penyakit

Seperti halnya hama, penyakit dapat menyebabkan kegagalan panen jagung. Beberapa penyakit yang sering ditemukan dalam budidaya jagung antara lain sebagai berikut:

a. Penyakit Bulai (downy mildew)

penyakit bulai merupakan penyakit yang paling sering ditemui petani dalam budidaya jagung. Oleh karena itu, salah satu kriteria varietas jagung unggul harus tahan dari penyakit bulai ini. Serangan penyakit bulai terjadi pada umur dua minggu setelah tanam.

Gejala:
  • Tanaman yang terserang berumur 2-3 minggu memiliki ciri: Daun berbentuk runcing, kecil dan kaku, Warna daun menguning, Sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan berwarna putih, Pertumbuhan jagung terhambat
  • Tanaman Yang terserang berumur 3-5 minggu memiliki ciri: Menglami gangguan pertumbuhan, Daun berubah warna menjadi pucat mulai dari bagian pangkal daun ke ujung daun.
  • Tanaman yang terserang setelah dewasa memiliki ciri: Pada daun tua terdapat garis-garis kecoklatan, Tongkol berubah bentuk dan isi.
Pengendalian:
  • Penanaman dilakukan menjelang atau awal musim penghujan
  • Penerapan pola tanam dan pola pergiliran tanaman
  • Penanaman varietas unggul
  • Pencabutan tanaman yang terserang, dan dimusnahkan
  • Penyemprotan dengan fungisida seperti Ridomil

b. Penyakit Bercak Daun (leaf blight)

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Helminthosporium turcicum yang menyerang daun tanaman jagung mulai dari pertama membuka hingga akhir masa pertumbuhan.

Gejala:
Pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat. Bercak kemudian berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun. Cirinya semula bercak daun tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi coklat tua. Pada tahap selanjutnya seluruh permukaan daun berwarna coklat.

Pengendalian:
  • Penerapan pergiliran tanaman guna menekan meluasnya cendawan
  • Pengaturan kelembaban sekitar tajuk tanaman dengan cara mengatur jarak tanam yang tepat
  • Penggunaan pestisida seperi Daconil 75 WP dan Difolatan 4F.
c. Penyakit Karat (rust)
Penyebab penyakit in adalah cendawan Puccinia sorghi schw dan Puccinia polypora Underw.

Gejala:
Pada tanaman dewasa yaitu pada daun yang sudah tua terdapat titik-titik noda yang berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk yang berwarna kuning kecoklatan. Serbuk cendawan ini kemudian berkembang dan memanjang sehingga akhirnya karat berubah menjadi bermacam macam bentuk.

Pengendalian:
  • Pengaturan kelembaban areal tanam
  • Penanaman varietas unggul
  • Penerapan sanitasi pada areal pertanaman jagung
  • Penggunaan fungisida seperti pada penyakit bulai dan bercak daun
d. Penyakit gosong bengkak
Gejala:
Serangan masuknya cendawan pada tongkol ditandai dengan terjadinya pembengkakan dan pengeluaran kelenjar. Pembengkakan ini menyebabkan pembungkus terdesak sehingga pembungkus rusak dan kelenjar keluar dari pembungkus dan akhirnya spora tersebar.

Pengendalian:
  • Pengaturan kelembaban areal penanaman
  • Pemotongan bagian tanaman ang terserang (tongkol) dan dibakar
  • Pencampuran benih yang akan ditanam dengan fungisida secara merata
e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji

Serangan penyakit ini umumnya terjadi pada saat musim hujan. Akibatnya tongkol akan memiliki ukuran yang tidak normal (membesar).

Gejala:
Tanaman yang terserang dapat diketahui dengan cara membuka pembungkus tongkol. Bila diserang biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan berubah menjadi coklat sawo matang.

Pengendalian:
  • Penanaman jagung varietas unggul
  • Penerapan pergiliran tanam
  • Pengaturan jarak tanam
  • Perlakuan benih dengan mencampurkan fungisida secara merata
  • Penyemprotan dengan fungisida apabila telah ditemukan gejala serangan
7. Panen

Penentuan waktu dan cara panen menjadi sangat penting diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Adapun waktu panen disesuaikan dengan tujuan penanaman diantaranya:
a. Jagung semi
Umumnya jagung semi dipanen pada umur 45-50 hari setelah tanam atau 5-6 ari setelah bunga betina muncul dan belum dibuahi.

b. Jagung sayur atau rebus
Jagng dapat dipanen muda dengan umur 60 hari setelah tanam. Jagung yang dipanen pada umur tersebut dapat digunakan sebagai sayur atau untuk direbus.

c. Biji Kering

Bila tujuan penanaman adalah biji kering, panen dilakukan bila telah terbentuk lapisan hitam pada dasar biji atau sekitar berumur 80-100 hari setelah tanam.

Demikianlah panduan budidaya jagung lengkap sebagai informasi tambahan untuk para petani jagung di Indonesia. Cara menanam jagung yang baik tentu akan menghasilkan panen yang melimpah dan menguntungkan. Karena budidaya jagung saat ini merupakan salah satu sentra agribisnis yang patut dikembangkan guna memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia. Jika komoditas jagung di negara kita baik tentunya pemerintah tidak akan mengimpor jagung lagi dari luar. Sukses petani Indonesia.

LihatTutupKomentar