Cara menanam padi dengan sistem TOT sudah mulai ramai dikembangkan oleh petani di Indonesia termasuk di daerah tempat tinggal saya. Saat ini petani mulai berfikir efektif dan efisien untuk mengelola lahan dengan berbagai pengembangan teknik dan teknologi yang digunakan dalam bercocok tanam.
Bagi petani dengan modal pas-pasan menanam padi dengan sistem TOT adalah alternatifnya. Karena bercocok tanam dengan sistem ini bisa dibilang mudah, tidak membutuhkan biaya yang banyak dan bisa menghemat waktu dan tenaga.
Disini saya hanya ingin berbagi pengalaman dan liku-liku mengenai cara menanam padi dengan sistem tanpa olah tanah di daerah saya tepatnya di dusun sinar jaya, desa sepayung, kec. plampang, Sumbawa. Rata-rata penduduk di dusun saya menggunakan sistem ini karena lebih bisa menghemat waktu serta biaya.
Kondisi Lahan
Lahan pertanian yang ada di dusun saya adalah lahan tadah hujan dan masih belum terjangkau oleh pengairan. Oleh karenanya rata-rata petani hanya bisa menanam padi satu kali dalam setahun. Kecuali petani yang mempunyai lahan di dekat sungai, mereka bisa menanam sampai 2 kali selama persediaan air sungai masih ada. Karena kondisi sungai/kali juga akan mengering pada musim kemarau.
Persiapan Lahan
Pembersihan lahan dilakukan sebelum musim penghujan tiba. Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari rumput, gulma dan sisa-sisa tanaman sebelumnya dengan cara dibabat dengan sabit atau mesin pemotong rumput kemudian dibakar.
Lahan yang sudah dibersihkan dibiarkan dulu hingga turun hujan dan tumbuh rumput. Setelah tumbuh rumput barulah dilakukan penyemprotan herbisida seperti Roundup, Speed up, Kleen up, Nufaris, dll. Setelah rumput mati dan mengering barulah lahan siap ditanami.
Sebagian petani ada juga yang mengolah tanahnya terlebih dahulu dengan cara dibajak dan digaru sebelum ditanami untuk memperoleh tingkat kesuburan yang lebih baik.
Benih/Bibit
Benih dapat diperoleh dengan membeli di toko pertanian dengan varietas yang bermacam-macam seperti Serang, mikongga, aktara, cigelis, IR 64, 66, dll. Sebagian juga ada yang menggunakan bibit dari hasil panen sebelumnya dengan syarat tanaman yang akan dibuat bibi sehat, tidak terserang penyakit dapat tumbuh optimal, dan produktifitasnya tinggi.
Penanaman
Untuk penanaman dilakukan dengan cara ditugal. Kemudian bibit padi yang masih berupa biji langsung di masukkan ke dalam lubang tanam tersebut.
Adapun kendala yang sering dialami oleh petani ketika menanam padi dengan cara ini adalah ketika curah hujan yang rendah. Jika setelah menanam langsung mendapat hujan itu tidak menjadi masalah. Namun jika sehabis benih ditanam tidak turun hujan maka pertumbuhan padi jadi terhambat dan sangat rentan terhadap hama seperti tikus, ayam yang berkeliaran, dan burung. Karena bibit yang ditanam masih berupa biji padi kering.
Perawatan
Menurut pengalaman dan pantauan saya terhadap petani-petani lain di lingkungan sekitar, salah satu kelemahan cara menanam padi dengan metode TOT pada lahan tadah hujan adalah rentan tumbuh rumput. Apalagi jika intensitas hujan rendah.
Biasanya rumput tumbuh subur bersamaan dengan tumbuhnya padi. Bahkan dalam kondisi parah, padinya sampai tidak kelihatan karena tertutup oleh rumput. Inilah yang menjadi dilema para petani seperti yang terjadi pada musim tanam kemarin.
Untuk menanggulangi gulma, petani biasanya melakukan penyemprotan dengan herbisida dengan kondisi tanah masih lembab atau basah. Namun jika tanah sudah kering karena tidak turun hujan, maka penyemprotan tidak bisa dilakukan, ditakutkan rumput tidak mati dan akan membuang-buang obat saja. Untuk mengantisipasinya petani biasanya melakukan penyiangan manual dengan tangan atau sabit sembari menunggu hujan datang.
Dengan intensitas curah hujan tinggi masalah rumput tersebut dapat diatasi dengan mudah. Cukup dengan menyemprotkan herbisida rumput biasanya sudah mati.
Bagi petani dengan modal pas-pasan menanam padi dengan sistem TOT adalah alternatifnya. Karena bercocok tanam dengan sistem ini bisa dibilang mudah, tidak membutuhkan biaya yang banyak dan bisa menghemat waktu dan tenaga.
Disini saya hanya ingin berbagi pengalaman dan liku-liku mengenai cara menanam padi dengan sistem tanpa olah tanah di daerah saya tepatnya di dusun sinar jaya, desa sepayung, kec. plampang, Sumbawa. Rata-rata penduduk di dusun saya menggunakan sistem ini karena lebih bisa menghemat waktu serta biaya.
Kondisi Lahan
Lahan pertanian yang ada di dusun saya adalah lahan tadah hujan dan masih belum terjangkau oleh pengairan. Oleh karenanya rata-rata petani hanya bisa menanam padi satu kali dalam setahun. Kecuali petani yang mempunyai lahan di dekat sungai, mereka bisa menanam sampai 2 kali selama persediaan air sungai masih ada. Karena kondisi sungai/kali juga akan mengering pada musim kemarau.
Persiapan Lahan
Pembersihan lahan dilakukan sebelum musim penghujan tiba. Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari rumput, gulma dan sisa-sisa tanaman sebelumnya dengan cara dibabat dengan sabit atau mesin pemotong rumput kemudian dibakar.
Lahan yang sudah dibersihkan dibiarkan dulu hingga turun hujan dan tumbuh rumput. Setelah tumbuh rumput barulah dilakukan penyemprotan herbisida seperti Roundup, Speed up, Kleen up, Nufaris, dll. Setelah rumput mati dan mengering barulah lahan siap ditanami.
Sebagian petani ada juga yang mengolah tanahnya terlebih dahulu dengan cara dibajak dan digaru sebelum ditanami untuk memperoleh tingkat kesuburan yang lebih baik.
Benih/Bibit
Benih dapat diperoleh dengan membeli di toko pertanian dengan varietas yang bermacam-macam seperti Serang, mikongga, aktara, cigelis, IR 64, 66, dll. Sebagian juga ada yang menggunakan bibit dari hasil panen sebelumnya dengan syarat tanaman yang akan dibuat bibi sehat, tidak terserang penyakit dapat tumbuh optimal, dan produktifitasnya tinggi.
Penanaman
Untuk penanaman dilakukan dengan cara ditugal. Kemudian bibit padi yang masih berupa biji langsung di masukkan ke dalam lubang tanam tersebut.
Adapun kendala yang sering dialami oleh petani ketika menanam padi dengan cara ini adalah ketika curah hujan yang rendah. Jika setelah menanam langsung mendapat hujan itu tidak menjadi masalah. Namun jika sehabis benih ditanam tidak turun hujan maka pertumbuhan padi jadi terhambat dan sangat rentan terhadap hama seperti tikus, ayam yang berkeliaran, dan burung. Karena bibit yang ditanam masih berupa biji padi kering.
Perawatan
Menurut pengalaman dan pantauan saya terhadap petani-petani lain di lingkungan sekitar, salah satu kelemahan cara menanam padi dengan metode TOT pada lahan tadah hujan adalah rentan tumbuh rumput. Apalagi jika intensitas hujan rendah.
Biasanya rumput tumbuh subur bersamaan dengan tumbuhnya padi. Bahkan dalam kondisi parah, padinya sampai tidak kelihatan karena tertutup oleh rumput. Inilah yang menjadi dilema para petani seperti yang terjadi pada musim tanam kemarin.
Untuk menanggulangi gulma, petani biasanya melakukan penyemprotan dengan herbisida dengan kondisi tanah masih lembab atau basah. Namun jika tanah sudah kering karena tidak turun hujan, maka penyemprotan tidak bisa dilakukan, ditakutkan rumput tidak mati dan akan membuang-buang obat saja. Untuk mengantisipasinya petani biasanya melakukan penyiangan manual dengan tangan atau sabit sembari menunggu hujan datang.
Dengan intensitas curah hujan tinggi masalah rumput tersebut dapat diatasi dengan mudah. Cukup dengan menyemprotkan herbisida rumput biasanya sudah mati.
Pemupukan
Pempukan dilakukan setelah padi bebas dari gulma, sehingga padi dapat tumbuh subur sebelum gulma tumbuh lagi. Pupuk yang biasa digunakan adalah Urea, Phonska dan Za, dengan dosis sesuai selera masing-masing petani.
Pengairan
Yah, lagi-lagi hujan adalah daya penentu baik buruknya tanaman kami. Karena memang tidak ada sumber pengairan selain ini. Salah satu cara yang digunakan agar padi tetap mendapatkan air adalah dengan menutup jalan keluarnya air dari petakan sawah saat turun hujan. Dan dibuka lagi pada saat menjelang panen.
Panen
untuk masa panen tergantung dari varietas bibit yang ditanam. Ada bibit yang berumur pendek dan ada juga yang berumur panjang. Penghasilan panen dengan cara menanam padi menggunakan metode TOT seperti ini jika tanaman tumbuh normal per hektar nya bisa mencapai 4-6 ton.
Itulah gambaran singkat bagaimana cara menanam padi dengan sistem tanpa olah tanah ala petani di dusun saya. Tulisan ini saya buat hanya untuk sekedar sharing saja atas dasar pengalaman pribadi, hasil ngobrol, dan pantauan terhadap petani-petani lain yang menerapkan metode ini. Yang jelas metode TOT adalah cara menanam padi yang sangat efektif dan efisien bagi para petani yang minim modal.
Kalau mungkin cara menanam padi dengan metode kami ini ada yang kurang tepat, atau bahkan salah kaprah saya harap pengunjung bisa memberikan masukan di kolom komentar yah, mari kita berbagi. Terima kasih.