-->

Begini Cara Kami Menanam Jagung Di Dataran Tinggi

Selain padi, Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman utama bagi penduduk di lingkungan saya, Kec. Plampang, Kab. Sumbawa. Budidaya jagung ini mulai dikembangkan sekitar sejak 7 tahun yang lalu.  Semula masyarakat hanya menanam jagung di lingkungan pekarangan rumah atau di kebun yang tidak begitu luas.  Seiring dengan harga jagung yang lumayan tinggi, akhirnya masyarakat mulai membuka lahan baru untuk membudidayakan jagung ini.

Lahan kosong yang semula hanya berisi semak belukar kini sudah menjadi ladang siap tanam mulai dari lahan datar, miring, bahkan sampai puncak bukit yang tinggi. Penduduk asli setempat juga menyewakan tanahnya kepada penduduk pendatang yang ingin menanam jagung.
Jagung di Lahan Miring Perbukitan milik penulis
Meskipun tanpa olah tanah, jagung masih dapat tumbuh sehat di lahan miring lereng bukit ini.  
Lokasi: Desa Teluk santong, Kec. Plampang, Kab. Sumbawa. (13/02/2016).


Adapun kondisi tanah yang baru dibuka rata-rata memang subur. Meskipun diantaranya yang berada di daerah perbukitan masih banyak terdapat batu dan puntuk.

Secara teoritis rata-rata petani masih belum mengenal tingkat kesuburan tanah berdasarkan Ph tanah atau ukuran yang lainnya karena keterbatasan alat dan pengetahuan. Yang penting tanah yang digarap tidak lembab atau menyimpan banyak air pada saat turun hujan dan tidak begitu keras adalah tanah yang bagus untuk pertumbuhan jagung menurut mereka. 

Persiapan Lahan
Pada umumnya lahan yang akan ditanami awalnya dibersihkan dulu dari rumput liar dan semak belukar. Setelah turun hujan dan tumbuh rumput barulah disemprot dengan herbisida. Penyemprotan dilakukan 2 kali sebelum tanam untuk mencegah tumbuhnya gulma. Jadi disini hanya menggunakan sistem TOT (tanpa olah tanah) karena kondisi lahan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengolahan.

Masing-masing petani biasanya menggarap lahan minimal 2 hektar, bahkan ada yang sampai 20 hektar tiap orangnya. Mengingat luasnya garapan tersebut, untuk menghemat biaya lebih tepat dengan menggunakan sistem TOT. Selain itu kondisi lahan sebagian petani yang berada di dataran tinggi, perbukitan dan lahan miring dimana diantaranya masih banyak terdapat batu dan puntuk, juga tidak memungkinkan untuk dilakukan pengolahan tanah.

Bibit
Bibit yang biasa digunakan adalah bibit hibrida berkualitas. Setiap tahun para distributor selalu datang ke tempat kami untuk mempromosikan bibit mereka. Bibit yang biasa dipakai adalah DK979/999/77, Pacific 339/105/224, Bisi 222, NK, dan lain lain.
Dengan asumsi perhitungan 1 dos (20 kg) per hektarnya.

Jarak Tanam

Menurut berbagai referensi yang saya baca, aturan baku jarak tanam jagung yang berada di dataran rendah/lapang dan dilakukan pengolahan tanah adalah 20 cm x 70 cm untuk satu biji per lubang. Namun petani disini tidak berpatokan pada jarak tanam tersebut, masing-masing sangat bervariasi tergantung dari pengalaman dan pengetahuan petani itu sendiri.

Sebagian ada yang menggunakan jarak tanam 20 cm x 70 cm untuk dua biji per lubang, 20cm x 60cm untuk  satu biji per lubang, dan 20cm x 80cm untuk dua biji per lubang. Semuanya dikondisikan dengan lahan dan keinginan petani itu sendiri. Apalagi yang berada di dataran tinggi dan lahan miring, jarak tanam juga kadang tidak beraturan.

Pemupukan
Untuk pemupukan pertama, aturan standart yang biasa dipakai untuk jagung adalah diberikan bersamaan pada saat jagung ditanam dengan cara ditugal.

Sangat berbeda dengan petani disini yang melakukan pemupukan pertama pada saat jagung sudah tumbuh, sekitar 15-20hst. Dan pemupukan kedua dilakukan 40-50 hst. Cara pemupukan pun hanya disebar di dekat batang jagung.

Banyaknya pupuk  yang dipakai bervariasi tergantung dari kemampuan petani itu sendiri. Rata-rata sekitar 250-500 kg per hektarnya. Jenis pupuk yang biasa dipakai adalah Urea, Phonska, dan Za.

Alasan kenapa pupuk tidak diberikan di awal pada saat jagung ditanam adalah untuk menghemat biaya dan tenaga.

Penyiangan
Penyiangan jagung untuk membasmi gulma biasanya hanya dengan dilakukan penyemprotan herbisida tanpa dilakukan pembumbunan (dangir). Mengingat luasnya lahan masing-masing petani tentu akan membutuhkan tenaga dan biaya yang banyak  jika memakai cara pembumbunan.

Hama

Hama utama jagung perbukitan adalah babi hutan. Karena letak lahan rata-rata masih dekat dengan hutan semak belukar tempat babi berkembang biak. Disini petani mempunyai cara masing-masing untuk menghalau mulai dari memakai Gen set, pasang jaring, pagar, petasan, wewangian, dan berkeliling lahan setiap malam.

Sedangkan untuk penyakit sebenarnya tidak begitu banyak seperti di daerah lain yang sering terserang bulai. Penyakit yang umum disini adalah potong leher dan ulat yang bisa dicegah dengan penyemprotan insektisida pada saat jagung masih muda.

Pengairan

Lahan disini adalah tadah hujan, jadi sumber pengairan hanya tergantung dari curah hujan yang ada. Intensitas curah hujan sangat berpengaruh pada hasil panen petani. Terlalu tinggi curah hujan mempengaruhi pertumbuhan jagung pada daerah dataran rendah yang tanahnya menampung air. Dan terlalu rendah curah hujan juga akan mengganggu pertumbuhan jagung di dataran tinggi yang mengakibatkan jagung layu.
Jadi curah hujan yang baik adalah intensitas sedang atau sering terjadi hujan yang tidak terlalu deras.

Panen

Panen dilakukan setelah jagung kering dengan Ka sekitar 16-20%. Membutuhkan waktu sekitar 5-6 bulan. Meskipun cara yang digunakan oleh petani disini boleh dibilang tidak memenuhi standart aturan baku penanaman jagung pada umumnya yang dilakukan seperti di daerah lain, tapi hasil yang dicapai pun lumayan.

Hasil rata-rata petani disini sekitar 7-10 ton per hektar tergantung kondisi lahan, curah hujan, dan banyaknya pupuk yang dipakai.

Itulah cara yang kami pakai untuk menanam jagung di dataran tinggi (perbukitan) dan dataran rendah yang jauh dari pengairan. Cara yang dipakai masing-masing petani adalah bervariatif. Apa yang saya tulis disini hanyalah gambaran secara garis besarnya saja. Namun satu hal yang saya salut dari petani disini adalah mereka terus belajar dan belajar tiap tahunnya. Jika tahun kemarin mendapatkan hasil yang kurang, maka akan ada inovasi baru untuk dikembangkan pada tahun berikutnya.

Bimbingan dari pihak pertanian setempat sebenarnya masih kami butuhkan. Agar komoditas jagung di daerah kami Plampang-Sumbawa khususnya bisa benar-benar maksimal.

Mohon maaf jika ada kekeliruan dalam penulisan ini baik secara teoritis maupun aplikasinya, saya hanya menulis berdasarkan pengalaman saya pribadi yang juga salah satu petani jagung yang masih butuh bimbingan dalam menanam jagung. 


LihatTutupKomentar